Labuan Bajo – Kapal pinisi adalah jenis kapal tradisional yang berasal dari Indonesia, terutama dari daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Nama “pinisi” berasal dari kata pinnace, yang merujuk pada kapal-kapal layar Eropa yang digunakan pada abad ke-19. Mereka dibangun oleh tukang kayu tradisional yang mahir, menggunakan teknik dan desain yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kayu yang paling umum digunakan adalah kayu jati dan kayu besi yang tahan air.
Sejarah Kapal Pinisi
Sejarah kapal pinisi berasal dari daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara di Indonesia. Kapal ini memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat maritim di wilayah tersebut.
Asal-usul kapal pinisi dapat ditelusuri kembali ke abad ke-14, ketika suku Bugis dan suku Makassar di Sulawesi mulai mengembangkan kapal-kapal layar yang lebih besar dan lebih kuat untuk kegiatan perdagangan dan penangkapan ikan di perairan sekitar mereka.
Kapal pinisi awalnya digunakan oleh suku Bugis dan Makassar sebagai kapal penangkap ikan. Mereka memiliki daya jelajah yang baik dan kapasitas muatan yang besar sehingga mampu mengarungi perairan yang luas dalam mencari ikan.

Para nelayan Bugis dan Makassar terkenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung dan kapal-kapal mereka memainkan peran penting dalam pengembangan perdagangan maritim di wilayah itu. Pada awalnya, kapal pinisi dibangun dengan menggunakan kayu lokal yang tahan air seperti kayu jati dan kayu besi.
Selama beberapa abad, kapal pinisi digunakan sebagai kapal kargo untuk mengangkut barang dagangan seperti kayu, rempah-rempah, hasil pertanian, dan bahan-bahan lainnya di seluruh kepulauan Indonesia. Mereka menjadi tulang punggung perdagangan maritim di wilayah itu dan berperan dalam memperluas jaringan perdagangan di Asia Tenggara.
Selama perkembangan kolonialisme di Indonesia, kapal pinisi juga digunakan oleh pedagang asing, seperti Belanda dan Cina, untuk berdagang dengan pulau-pulau di Indonesia. Namun, dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, penggunaan kapal pinisi sebagai kapal kargo semakin berkurang.
Pada abad ke-20, kapal pinisi mulai dikenal sebagai kapal pesiar. Keindahan dan keunikannya menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia.
Kapal pinisi diubah dan disesuaikan untuk menawarkan pengalaman wisata laut yang mempesona di perairan Indonesia yang eksotis, seperti kepulauan Komodo, Raja Ampat, dan Taman Nasional Bunaken.
Kapal Pinisi Diakui Dunia
Pengakuan internasional terhadap keunikan dan keahlian pembuatan kapal pinisi semakin meningkat.
Pada tahun 2017, kapal pinisi diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, yang mengukuhkan statusnya sebagai simbol warisan maritim Indonesia.Seiring berjalannya waktu, kapal pinisi tetap menjadi bagian penting dari identitas dan kekayaan budaya Indonesia.
Mereka melambangkan keahlian dan keindahan tradisional dalam pembuatan kapal, serta mengingatkan kita akan warisan maritim yang kaya di wilayah tersebut.
Tetap Mempertahankan Metode Tradisional
Pada era modern, pembuatan kapal pinisi tetap mempertahankan teknik dan metode tradisional.
Masyarakat suku Bugis dan Makassar yang terampil dalam pembuatan kapal melanjutkan warisan mereka dengan membangun kapal-kapal pinisi yang masih menggunakan kayu sebagai bahan utama.Proses pembuatan kapal pinisi dimulai dengan memilih kayu yang sesuai dan memotongnya menjadi berbagai bagian yang diperlukan.
Kemudian, tukang kayu menggunakan keterampilan dan pengalaman mereka untuk menyusun dan mengikat berbagai bagian kayu tersebut menjadi lambung kapal. Ukiran-ukiran indah dan rumit juga ditambahkan untuk memberikan sentuhan artistik pada kapal pinisi.
Setelah selesai dibangun, kapal pinisi menjalani ritual peluncuran yang dikenal sebagai “ma’nene” di tengah-tengah perayaan dan kegembiraan. Ini merupakan momen penting di mana kapal tersebut diberkati dan dihormati agar selamat dalam pelayaran dan memberikan keberuntungan bagi awak kapal.
Kapal Pinisi Ikon Pariwisata Indonesia
Pada masa kini, kapal pinisi menjadi ikon pariwisata Indonesia. Para wisatawan dapat menikmati pengalaman yang unik dengan menjelajahi perairan tropis dan pulau-pulau yang menakjubkan menggunakan kapal pinisi.
Mereka dapat merasakan keindahan alam, melakukan penyelaman, dan menikmati kehidupan bahari yang mempesona sambil menikmati kenyamanan kapal tradisional yang elegan.Kapal pinisi juga menjadi pusat kegiatan budaya dan festival maritim di Indonesia.
Festival Kapal Pinisi
Festival Kapal Pinisi diadakan secara rutin untuk memperingati warisan maritim dan mempromosikan kapal pinisi sebagai aset budaya Indonesia yang berharga. Secara keseluruhan, kapal pinisi merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah maritim Indonesia.
Mereka mencerminkan keterampilan dan keahlian yang tinggi dalam pembuatan kapal, serta memainkan peran penting dalam perdagangan dan penjelajahan wilayah maritim di Indonesia. Kapal pinisi terus menjadi simbol identitas bangsa dan memperkaya budaya maritim Indonesia yang kaya.
Pembuat Pertama Kali Kapal Pinisi
Dilansir dari laman resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kapal Pinisi pertama kali dibuat oleh putra mahkota Kerajaan Luwu, yang bernama Sawerigading, pada abad ke-14 lalu.Catatan ini ditemukan dalam sebuah naskah La Galigo, dan menjadi bukti otentik pembuatan kapal megah tersebut. Kapal awal yang dibuat menggunakan pohon welengreng, atau dikenal dengan pohon dewata.
Kayu dari pohon dewata dikenal memiliki karakter kuat dan kokoh.Tujuan awal dari pembuatan kapal ini sendiri adalah untuk pelayaran ke negeri TIongkok, untuk mempersunting seorang gadis bernama We Cudai.
Setelah berhasil mempersunting pujaan hatinya, ia memutuskan untuk menetap di negeri tersebut selama beberapa waktu.Pada perjalanan pulang, kapalnya diterjang oleh badai besar dan mengakibatkan kapal tersebut terbelah menjadi tiga bagian berbeda.
Tiga bagian ini masing-masing terdampar di wilayah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-Lemo di Kabupaten Bulukumba. Masyarakat sekitar kemudian membangun kembali pecahan kapal tersebut, dan menghasilkan karya megah yang disebut dengan Kapal Pinisi.
Bagian Kapal Pinisi
Dibuat dengan menggunakan pakem yang jelas, setiap bagian dari Kapal Pinisi sendiri disebutkan dengan detail untuk menjadi panduan. Mereka memiliki lambung panjang dan ramping, serta dua tiang utama dengan layar yang besar. Konstruksi kapal ini didasarkan pada pengetahuan dan teknik tradisional yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Setidaknya terdapat enam bagian utama dari kapal megah ini.
Pertama disebut dengan Anjong. Bagian ini berbentuk segitiga penyeimbang yang letaknya berada di bagian depan kapal.
Kemudian bagian kedua adalah Sombala, atau layar utama. Ukurannya bisa mencapai 200 meter.
Bagian ketiga disebut dengan Tanpasere atau layar kecil, yang berbentuk segitiga dan ada di setiap tiang utama.
Keempat, bagian Cocoro Pantara atau layar bantu depan.
Bagian kelima adalah Cocoro Tangnga, atau layar bantu tengah.Dan terakhir adalah bagian yang disebut dengan Tarengke, atau layar bantu di belakang.
Sekilas sejarah Kapal Pinisi, kapal tradisional megah yang diperkenalkan Presiden Jokowi saat KTT ASEAN 2023.
Artikel Dikenalkan Jokowi saat KTT ASEAN 2023, Ini Sejarah Kapal Pinisi pertama kali tampil pada GOnews.id.