Makam tunggal tersebut memiliki panjang 150 sentimeter. Ada dua nisan berbentuk lingga dengan dasar bawah bintang segi enam. Makam tersebut tanpa nama pada nisan ataupun petunjuk papan nama.
Supangat (67) marbot Masjid At Taqwa mengatakan makam tersebut baru ditemukan sekitar tahun 2013. Lalu, Ketua takmir masjid, Abdul Khamdi dan Kepala Desa Gempolsewu waktu itu Heri Mardiyanto meyakini jika di halaman masjid pernah ada makam Ki Ageng Abu Muqodhim.
Lebih lanjut menurut Supangat, pada tahun 2014 sempat terjadi perselisihan di masyarakat. Ada yang menolak keberadaan makam ki Ageng Abu Muqodhim.
"Makam tersebut dibangun oleh takmir masjid, Kades dan dikesepakati beberapa jemaah. Sebagian warga lain, menolak dan minta dibongkar. Mereka beranggapan tujuan pendirian makam tersebut tak jelas," ucap Supangat.
Ia menambahkan ada juga pendapat yang mengatakan itu adalah makam mbah Gempol.
Seorang tokoh yang mendiami dan babad alas Desa Gempolsewu.
"Saya juga tidak faham itu makam siapa, apakah mbah gempol atau makam orang lain," ucap Supangat.
Ia menambahkan mungkin karena dekat dengan pohon gempol maka disebut mbah gempol. Menurutnya, dulu memang ada pohon gempol yang besar-besar di sebelah makam.
"Mungkin karena ada pohon gempol lalu di panggil mbah gempol, tapi sejak saya kecil tidak ada itu sejarah atau cerita tentang mbah gempol di desa ini," terangnya.
Ari (30) warga setempat mengatakan bahwa makam tersebut adalah Makam mbah Gempol. Namun, keabsahan makam tersebut masih simpang siur.
"Kalau menurut cerita itu makamnya mbah Gempol, benar atau tidaknya kurang begitu paham saya," ungkap Ari saat dikonfirmasi media ini.
Ia menuturkan, dulu banyak pohon gempol. Ahirnya disebutlah dengan Gempolsewu.
"Kata orang tua dulu, karena banyak pohon Gempol ahirnya di sebut Gempolsewu," terangnya.