Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) getol mewujudkan akuakultur Indonesia yang berbasis ekonomi biru. Terbaru, bersinergi dengan akademisi melibatkan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.
Dalam Talk Show yang diselenggarakan
Unpad dengan tema “Laut Kita Hidup Kita”. Hadir sebagai narasumber dalam talk show tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu bersama Rektor Universitas Padjajaran, Prof Rina Indiastuti
“Sebelumnya saya mewakili Kementerian Kelautan dan Perikanan mengucapkan Selamat dan Sukses Lustrum XIII dan juga Dies Natalis ke-65 untuk Unpad, semoga Unpad semakin jaya dalam kontribusinya untuk Laut Kita Hidup Kita”, ungkap Tebe sapaan akrabnya di depan peserta talkshow.
Tebe menyampaikan potensi laut Indonesia luar biasa yang bisa dikembangkan dengan tidak merusak ekosistem laut, tetap sehat dan bisa dinikmati oleh anak cucu secara berkelanjutan.
Potensi laut di Indonesia sangat luas yaitu mencapai 6,8 juta kilometer persegi. Sementara, untuk potensi lahan total untuk perikanan budidaya saja Indonesia memiliki 17,8 juta hektar, meliputi potensi lahan budidaya laut, payau dan air tawar.
"Artinya Indonesia bisa melakukan berbagai pengembangan perikanan budidaya untuk komoditas unggulan, diantaranya komoditas yang berorientasi ekspor seperti udang, lobster, rumput laut, dan kepiting," ujarnya.
Lebih lanjut menurutnya, empat komoditas tersebut memiliki nilai pangsa pasar dunia yang tinggi. Contohnya udang, sebagai komoditas perikanan yang diminati di pasar global dan menempati posisi di nomor dua setelah salmon. Dikutip dari BPS yang diolah Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP pada tahun 2021, nilai ekspor Indonesia untuk udang sebesar 2.229 juta USD. Sementara untuk rumput laut nilai ekspor Indonesia sebesar 345 juta USD.
Menurutnya Tebe, KKP memiliki target percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru. Dalam hal ini KKP terus bersinergi dengan berbagai pihak salah satunya para akademisi, seperti dengan Universitas Padjajaran. Menurutnya, pemerintah dalam mengeluarkan produk regulasi harus berlandaskan pada kajian ilmiah (scientific based) dan tentunya juga harus berdasarkan data, sehingga sangat diperlukan sinergi dengan para akademisi.
Percepatan implementasi pembangunan ekonomi biru membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang andal, profesional, berintegritas, serta mampu melakukan pembaharuan atau inovasi hasil riset dari para akademisi.
“Jika kami mendapatkan dukungan dari perguruan tinggi secara kontinu, maka kami akan memiliki kebijakan yang tepat, dengan demikian akan menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas,” terang Tebe.
Seperti halnya pada kegiatan budidaya rumput laut yang merupakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dengan menerapkan prinsip ekonomi biru. Terbukti merupakan budidaya yang rendah emisi karbon, karena rumput laut menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis.
Tebe juga menyampaikan guna mengimplementasikan konsep ekonomi biru, KKP telah memiliki lima strategi kebijakan antara lain memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas laut Indonesia, penangkapan ikan terukur (PIT) berbasis kuota dan zona penangkapan ikan, pengembangan budidaya laut, pesisir, dan air tawar, penanganan sampah laut dengan nilai ekonomi sampah laut dan penataan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.
“Memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas laut Indonesia, ini menjadi penting karena dengan konservasi yang bagus, nantinya stok ikan juga akan meningkat dan tentunya laut kita semakin sehat”, tutur Tebe.
Sementara itu, Rektor Unpad Prof Rina Indiastuti menyampaikan laut kita merupakan hidup kita, laut Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar. Bagaimana cara mempertahankan kesehatan laut melalui berbagai riset, dan menjaganya agar tetap sustainability.
Unpad memiliki beberapa riset seperti marine bioremediasi untuk menjaga kesehatan laut. Selain itu riset tentang keanekaragaman biota laut, agar laut tetap terjaga dan lestari.
“Unpad juga mengedepankan program ketahanan pangan, khususnya ikan. Kami juga melakukan riset dan inovasi seperti teknik budidaya kerapu cantang, bawal bintang, dan lobster di Pangandaran. Dengan memiliki laboratorium laut yang cukup luas, serta dibimbing oleh para dosen dan peneliti yang berkompeten, harapannya bisa mengembangkan budidaya laut yang sehat dan dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” tukas Prof Rina.