Etalase Gubug Wayang Mojokerto

 

Web Gubug Wayang

Museum Gubug Wayang Mojokerto sebagai salah satu pilar budaya Indonesia yang menghadirkan berbagai keberagaman Nusantara adalah sebuah museum yang diresmikan pada tanggal 15 Agustus 2015 dan memiliki peranan penting dalam edukasi karakter budaya masyarakat Indonesia agar tidak ditinggalkan oleh para penerus bangsa. Kecintaan Gubug Wayang akan indahnya budaya di indonesia menjadi semangat untuk terus berbenah dan memberikan informasi sejarah tentang budaya indonesia. Memiliki beberapa koleksi, mulai dari Wayang Kulit, Wayang Golek, Boneka Si Unyil, Tosan Aji, Topeng Nusantara, Wayang Potehi, Gamelan, Artefak Majapahit, Batik Nussntara.

Dalam Gubung Wayang ini terdapat beberaa Program yang disuguhkan mulai dari Wisata Edukasi Museum, Museum Goes TO School and Campus, Grup Karawitan, Grup Macapat, dan Wayang Road Show.

 

1. Wayang Kulit 

a. Wayang Kulit (Purwa)

Wayang Kulit adalah sebuah seni pementasan yang terbuat dari kulit hewan (red. Kulit Kerbau Sumatra atau Sapi). Sudah berkembang pada zaman kerajaan Majapahit sekitar abad ke sepuluh. Bagi kebanyakan seniman, Wayang Kulit tidak hanya sebagai Tontonan, tetapi juga Tuntunan dan Tatanan, karena wayang kulit mengandung makna kehidupan manusia berupa tingkah laku, pitutur atau ucapan dan tigkatan spiritual seseorang. Maka dari itu, terutama wayang kulit, banyak dipakai sebagai media penyebaran agama – agama di Indonesia pada masa lampau. Wayang kulit Punokawan dan Pandawa ini adalah koleksi Museum Gubug Wayang dari Dalang Ki Narto Sabdo.

b. Wayang Kulit Jawa Timur (Jek Dong)

Wayang Kulit adalah sebuah seni pementasan yang terbuat dari kulit hewan (red. Kulit Kerbau Sumatra atau Sapi). Sudah berkembang pada zaman kerajaan Majapahit sekitar abad ke sepuluh. Bagi kebanyakan seniman, Wayang Kulit tidak hanya sebagai Tontonan, tetapi juga Tuntunan dan Tatanan, karena wayang kulit mengandung makna kehidupan manusia berupa tingkah laku, pitutur atau ucapan dan tigkatan spiritual seseorang. Maka dari itu, terutama wayang kulit, banyak dipakai sebagai media penyebaran agama – agama di Indonesia pada masa lampau.

c. Wayang Kulit (Gedog)

Wayang Gedog adalah wayang yang memakai cerita serat panji. Wayang ini sudah berkembang sejak zaman kerajaan Kediri dan Mojopahit. Bentuknya hampir sama dengan wayang purwa. Wayang Gedog yang dikenal luas oleh masyarakat diciptakan oleh Girindrawardhana pada tahun 1485. Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman Panembahan Senopati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwono ke III, Solo, wayang Gedog diperbaharui, dibuat mirip wayang purwa dengan nama Kanjeng Kyai Dewakatong dan Kyai Sri Wibawa.

d. Wayang Kulit Wahyu

Sejarah pertama wayang wahyu di prakarsai oleh Pastur D. Adisoedjono MSF pada tahun 1957 di Solo, Jawa Tengah. Saat itu pementasan masih mempergunakan tokoh-tokoh wayang purwa. Seiring berjalannya waktu, demi baiknya dan tidak menyalahi peraturan seni pewayangan diadakan diskusi antara Bruder Thimotheus, pastur, pakar wayang dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) yang sekarang menjadi ISI (Institut Seni Indonesia), dan KONRI (Konservatori Tari Indonesia) yang sekarang menjadi SMKI (Sekolah Menengah Kesenian Indonesia). Dalam diskusi tersebut disepakati untuk dibuat wayang wahyu yang mempunyai ciri khas tersendiri. Bentuk manusia digambar mirip dengan wajah serta watak orang yang menjadi perannya. Pada tanggal 2 Februari 1960 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi wayang wahyu.

Wayang Wahyu pada awalnya diciptakan dalam rangka untuk penyebaran agama Katolik. Kisah cerita yang diambil berdasarkan atas Kitab Perjanjian Lama yang menceriterakan kisah-kisah zaman para Nabi yang berkaitan dengan Kitab Injil, dan dilanjutkan dengan cerita-cerita dalam Perjanjian Baru yang mempunyai fungsi untuk pendidikan umat Katolik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sumber cerita yang dilakonkan dalam pagelaran Wayang Wahyu mengangkat kisah yang terdapat di dalam Alkitab. Tokoh-tokoh dalam Wayang Wahyu dibuat secara realistik dengan ornamen dan ricikan yang distilir mirip dengan sunggingan wayang kulit Purwa. Selayaknya pertunjukan wayang kulit pada umumnya, pagelaran Wayang Wahyu juga diringi dengan gamelan dengan mengambil nyanyian atau gendhing Gerejani dengan garapan yang kreatif. Namun dalam suluknya (semacam nyanyian yang dikidungkan oleh dalang dalam pertunjukan wayang), masih tetap menampilkan gaya dan irama tradisional seperti pada wayang kulit Purwa dengan kreasi lirik yang baru. Alur cerita yang dipakaipun masih mengikuti pakem dari pertunjukan wayang kulit Purwa pada umumnya.

e. Wayang Kulit Cina Jawa (Wacinwa)

Etnis Cina dan Jawa adalah etnis yang sudah lama mendiami Nusantara, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Kedua etnis tersebut hidup berdampingan membentuk budaya Cina – Jawa. Keberagaman budaya dari persilangan Cina – Jawa meliputi kuliner, pakaian, arsitektur bangununan hingga seni pertunjukan. Sejarah mencatat, tahun 1925 di Daerah Istimewa Yogyakarta muncul wayang Cina – Jawa atau Wacinwa sebagai salah satu perpaduan dalam seni pertunjukan.Gan Thwan Sing (1885 – 1967) adalah pembuat dan juga dalang Wacinwa yang lahir dan dibesarkan di Jatinom, Klaten. Sebagai keturunan Cina, Gan Thwan Sing mewarisi tradisi Cina dari kakeknya, Gan Ing Kwat.

Awal abad ke 20, Gwan Thwan Sing pindah ke Yogyakarta untuk mendalami seni pertunjukan dengan belajar seni pedalangan dan karawitan. dari situlah Gwan memperoleh ide untuk mengembangkan kesenian wayang yang memadukan unsur dua budaya, Cina dan Jawa.

f. Wayang Kulit Tokoh Kancil

Wayang Kancil pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat sejak tahun 1987 oleh Ki Ledjar Subroto atau lebih akrab dikenal dengan sapaan mbah Ledjar. Pria Kelahiran Wonosobo ini sudah memeperkenalkan Cerita Si Kancil lintas benua, seperti Eropa dan Amerika. Wayang Kancil yang beliau garap juga sudah masuk sebagai koleksi di beberapa museum luar negeri seperti Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, dan Kanada. Pada tahun 90 – awal 2000an beliau juga sering mendapat undangan untuk memainkan wayang kancil di negara – negara tersebut. Mbah Ledjar tutup usia pada hari Sabtu, 23 September 2017 pada usianya yang ke 80. Beliau berpesan kepada salah satu cucunya, ,mas Nanang untuk melestarikan wayang ini. Karena menurut beliau, mas Nanang mempunyai darah seni dari keluarga Mbah Ledjar. Dari mas Nanang, Wayang Kancil kemudian diperkenalkan ke Negeri Sakura, dan mendapat apresiasi positif dari pemerintah Jepang. Saat ini, Wayang Kancil masih dapat kita lihat bersama di Balai Minomartani Jogja sebagai penghargaan terhadap perjuangan Mbah Ledjar dibidang Seni Pewayangan. Mari kita cintai dan lestarikan kembali budaya Indonesia yang luhung ini dan juga dongeng edukatif dari cerita Si Kancil dan kawan – kawan lewat Wayang Kancil.

2. Wayang Golek

a. Wayang Golek Sunda 

Wayang Golek, bentuk wayang yang terbuat dari ukiran kayu akasia atau kayu pinus ini banyak ditemui di pengrajin wayang Jawa Barat. Setiap daerah di Jawa Barat pun mempunyai ciri khas wayang golek yang berbeda – beda, baik dari segi ukuran maupun corak bentuk wayang tersebut. Dalang Wayang Golek yang terkenal adalah Pak Tisar Purbaya, yang sekarang tetap dilestarikan oleh putra – putranya. Selain itu, ada juga dalang yang terkenal dengan tokoh Si Cepot, yaitu pak Asep Sunandar Sunarya.

b. Wayang Golek Panji Cepak Cirebon

Wayang golek cepak merupakan seni budaya yang lahir dari perpaduan antara kesenian Pasundan dan lokal (Tegal, Cirebon, dll) yang melebur hingga menciptakan kebudayaan baru dan mengikuti cita rasa setempat yang pada akhirnya melahirkan kebudayaan yang unik. Untuk kata Cepak atau Pepak sendiri merujuk pada bentuk mahkota yang cepak atau papak (rata).

Untuk lakon dari Wayang Cepak berkisah tentang Panji, Menak serta Babad atau legenda dan mitologi wilayah dimana wayang cepak tersebut berkembang. Konon wayang golek jenis ini dipentaskan oleh Sunan Gunung Jati dalam meluaskan syiar Islam. Terkait kisah Panji, cerita yang dibawakan juga berkisar Panji Inu dan Galuh Candrakirana.

Wayang ini biasa dipantaskan pada perhalatan ritus daur hidup masyarakat setempat dan ritus komunal masyarakat, seperti halnya Upacara Mapag Sri; Upacara Bongkar Bumi; Upacara Nadran dan Upacara tradisi yang lain. Koleksi Wayang Golek Panji Cepak Cirebon ini didapat dari Bapak Royani dari Indramayu dengan usia kurang lebih 100 tahun.

c. Wayang Golek Wali Songo (Kontemporer Karakter)

WAYANG GOLEK WALI SONGO (KONTEMPORER KARAKTER)

Wayang Golek Wali Songo adalah salah satu dari sekian banyak wayang golek karakter yang berasal dari Jawa Barat. Wayang ini bertujuan memberikan edukasi bahwasannya tidak semua wayang golek harus pada pakemnya akan tetapi bisa dimodifikasi menjadi karakter yang berbeda.

d. Wayang Golek Lenong Betawi (Kontemporer)

Wayang Golek Lenong Betawi adalah salah satu jenis wayang golek kreasi baru yang diciptakan oleh Bang Tizar Purbaya pada tahun 2001 dan diteruskan oleh Putranya Bang Reza Purbaya. Hal ini di dorong karena masyarakat Betawi ingin memiliki kesinian khas yang bernuansa Betawi.

Wayang Golek Betawi adalah gabungan antara kesenian wayang, lenong dan gambang kromo. Pertunjukan wayang ini tidak diiringi musik gamelan layaknya kesenian wayang lainnya, melainkan diiringi musik gambang kromo dari Betawi dan diselipi candaan khas lenong. Wayangnya terbuat dari kayu seperti wayang golek sunda, tetapi tampilan fisiknya lebih banyak menyerupai manusia.

Cerita yang ada diadaptasi dari cerita rakyat Betawi, sejarah maupun cerita modern. Wayang Golek lenong betawi mempunyai keunikan khusus dari berjoget hingga mengeluarkan asap rokok. Kemampuan inilah yang menjadikan keunggulan dari wayang Golek Lenong Betawi.

e. Wayang Golek Sesek

Wayang Golek Sesek berasal dari Bogor Jawa Barat. Konon tutur pengrajinnya untuk setiap karakter wayang golek ini mewakili bambu – bambu yang ada diseluruh Indonesia. Jadi karakter satu dengan yang lainnya berbeda. Namanya pun tidak menggunakan nama seperti tokoh – tokoh pewayangan, tetapi lebih mengarah kepada nama bambu – bambu yang ada di indonesia.

 

3. Boneka Si Unyil

a. Kostum dan karya Pak Raden 

Bapak Drs. Suyadi atau lebih akrab dipanggil dengan nama Pak Raden, adalah seorang pendongeng, pelukis, illustrator dan pengisi suara (tokoh pak Raden di Serial Si Unyil 90an. Red). Beliau lahir di Puger, Jember, Jawa Timur pada tanggal 28 November 1932. Tujuan beliau beserta teman – temannya membuat cerita serial Si Unyil dan kawan – kawan adalah agar Indonsia mempunyai acara yang edukatif (mendidik) bagi semua kalangan dengan tampilan yang menarik dan tidak membosankan. Film serial Si Unyil sangat populer di tahun 1980 – 1990an dengan berbagai tema yang mengangkat keharmonisan dalam keberagaman yang ada di Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki banyak sekali keunikan, dari adat istiadat, suku, dan budaya. Jadi dengan film serial ini pemirsa secara tidak langsung dapat mengenal berbagai macam budaya dari belahan negeri Indonesia. Di akhir hayatnya, Pak Suyadi tetap berada di Rumahnya, Daerah Petamburan Jakarta Barat. Pada tanggal 31 Oktober 2015, Bapak Suyadi tutup usia di RS Pelni. Perjuangan beliau untuk kebahagiaan anak – anak Indonesia akan terus lestari dan banyak dikenang.

Berbagai peninggalan dan karya – karya Pak Suyadi sekarang bisa kita lihat, amati dan pelajari di Museum Gubug Wayang. Satu – satunya museum di Indonesia yang mendapat apresiasi Pak Suyadi karena nuansa seni yang ada dan perjuangannya dalam menjaga seni dan budaya indonesia.

b. Band Dekil di Serial Si Unyil tahun 80an

Band Dekil, salah satu bentuk daya tarik dalam serial Si Unyil. Band yang diisi oleh Meilani sebagai Vokalis, Endut sebagai drummer, Unyil dan Usro sebagai Gitaris dan Ucrit sebagai Keyboardist. Film yang di rilis pada 5 April 1981 oleh PPFN (Pusat Produksi Film Negara) ini menuai tanggapan yang sangat positif dari masyarakat pada saat itu, karena alur cerita yang tertata rapi, edukatif dan mencerminkan persatuan Indonesia dalam keberagaman yang ada. Bentuk aktualisasi Pancasila yang digawangi oleh Pak Drs. Suyadi (Pak Raden. red) dkk ini sempat ada di tingkat kejayaannya dari akhir tahun 1980an sampai awal millenium. Karakter yang berjumlah ratusan termasuk ekspresi-ekspresi mereka dan juga kostum sang Maestro Dongeng Indonesia, Pak Raden, sekarang ada di Museum Gubug Wayang Mojokerto. Sebagai edukasi untuk pengunjung dan sarana nostalgia bagi mereka yang pernah menonton serial Si Unyil di TVRI.

c. Desa Sukamaju Serial Si Unyil

Meskipun ditujukan sebagai tontonan hiburan untuk anak, Si Unyil kerap menampilkan alur cerita yang kental akan pesan moral seperti budaya patriotisme, nasionalisme, pesan kesehatan, kepedulian terhadap lingkungan, ajakan untuk program keluarga berencana, seni, hingga budaya.

Tayangan boneka ini menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari sang karakter titular di sebuah kawasan perdesaan fiksi bernama Desa Sukamaju. Sebuah desa yang majemuk dengan berbagai macam contoh kehidupan yang mengacu kepada kehidupan nyata. Hidup layaknya anak Indonesia dari kelas menengah-bawah pada umumnya, Unyil tinggal bersama ayah, ibu, dan sepupunya.

Selain tokoh titular protagonis, cerita Si Unyil melahirkan karakter-karakter boneka ikonik yang hingga saat ini sangat dikenal anak-anak Indonesia seperti Usro dan Ucrit, Cuplis dan Endut, Pak Raden, Pak Ogah, Meilani, dan Bok Bariah.

4. Tosan Aji

a. Keris dan Tombak Tradisional 

Keris adalah senjata berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya. Keris merupakan salah satu senjata golongan belati. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya. Bilah Keris ada yang lurus (jejeg) ada juga yang berkelok – kelok. Bahan pembutan keris adalah Besi baja dan Nikel. Dengan penempaan yang simetris dan benar akan menghasilkan pamor sesuai yang diinginkan. Keris Nusantara banyak ditandai dengan perbedaan setiap Pamor (damascene) nya. Dalam pamor itu sendiri terdapat filosofi kehidupan yang melekat setiap namanya. Keris di sahkan menjadi milik Negara Republik Indonesia sebagai peninggalan sejarah non – benda oleh UNESCO pada tahun 2005.

Pada Masa Lalu, Keris dijadikan senjata perang/duel. Tetapi pada masa modern, penggunaan keris beralih fungsi yaitu sebagai Ageman (Identitas) dan Piyandel (Motivasi). Asal – usul keris belum sepenuhnya dapat dijelaskan dari segi sejarah karena tidak ada dokumen tertulis yang menjelaskan bentuk rinci dari keris itu sendiri. Namun, Penyebutan istilah “Keris” dari kata “Keke” tercantum pada prasasti – prasasti candi di abad ke – 9.

Senjata tajam yang dianggap menginspirasi pembuatan keris dapat ditemukan pada peninggalan Perundagian dari keudayaan Dongson (Vietnam lama) dan Tiongkok Selatan pada abad ke-6. Beberapa keris yang ada di Nusantara sama seperti Senjata tikam yang ada di Dongson, yaitu bilah keris menyatu dengan bentuk gagangnya, sama seperti senjata tikam yang dibawa para pedagang Tiongkok selatan ke daerah tersebut.

b. Keris Bethok

Dalam sejarah Budaya Keris Jawa, Keris Bethok merupakan model pusaka paling awal yang diciptakan sebelum munculnya keris luk (berkelok). Ada juga yang menyebut keris Bethok dengan nama keris Budha, sebab bentuk keris Bethok diyakini pertama kali dibuat pada masa kejayaan Budha di Nusantara kurang lebih pada abad ke 7 Masehi. Bentuk bilahnya terbilang sederhana, tidak seperti keris pada umumnya, berbentuk lebih ramping dan berestetika tinggi. Berbagai macam filososi kehidupan tersesemat dalam keris Bethok, salah satunya Keris ini sebagai penegah, tidak terlalu tua ataupun terlalu muda. Maka sudah selayaknya sebagai manusia yang sudah menginjak dewasa, bisa menjadi penengah antara yang muda dan yang tua.

 5. Koleksi Topeng 

 a. Topeng Panji Malangan

Topeng Malangan menyajikan kisah dalam wajah stilasi. Topeng ini menampilkan kisah Panji yang merupakan cerita tradisional kerajaan Mojopahit. Saat ini Topeng Malangan sering digunakan dalam pementasan Wayang Gedog. Dalam pementasannya para penari mengenakan topeng dan menari sesuai dengan karakter tokoh yang dimainkan. Para Pengrajin memahat topeng dengan pisau khusus dan tatah sehingga setiap topeng mempunyai cerita yang berbeda. Setiap wajah menyimpan kisah, setiap topeng menyimpan kejujurannya masing – masing.

b. Topeng Mahabarata Baratayudha Malang

Topeng Malangan atau Topeng Malang adalah hasil purwarupa dari seni ukir yang dilestarikan oleh pelestari topeng Malang. Salah satu yang terdapat di Museum Gubug Wayang adalah Topeng Mahabarata, Topeng Ramayana dan Topeng panji. Seluruh topeng yang ada lengkap dengan serinya.

Pengrajin topeng Malang yang sekarang bisa kita temui salah satunya adalah Mak Mariyam atau kerap di panggil dengan nama Mak Yam, istri dari almarhum maestro topeng Malang, Mbah Karimun. Selain sebagai pengrajin topeng, beliau juga sebagai penari topeng. Peran yang dimainkannya adalah Maesasura. Menurut beliau, pembuatan topeng tidak boleh sembrono. Sang pengukir harus mempunyai rasa batin yang tinggi karena berhubungan dengan kemiripan nyawa seseorang. Sang pengukir juga harus mempunyai rasa cinta kepada topeng, karena hal itu akan membuat rasa mantap dalam hati sehingga topeng yang dibuat benar – benar berseni tinggi.

6. Wayang Potehi

Wayang Potehi dengan nama Pou (Kain), Te (Kantong), Hi (Wayang) adalah wayang kesenian klasik yang berasal dari Tiongkok Selatan. Kesenian Wayang Potehi sudah ada sejak zaman kekaisaran Cina, tepatnya pada masa Pemerintahan Dinasti Jin tahun 265 – 420 Masehi dan berkembang pesat pada zaman Dinasti Song tahun 960 – 1279.

Berdasarkan catatan sejarah, Wayang Potehi berakulturasi dengan budaya Nusantara sekitar abad ke 16 Masehi dibawa oleh para perantau Tionghoa untuk media hiburan dan perdagangan. Kemudian lambat laun Wayang Potehi berakulturasi menjadi sebuah kesenian lokal mewakili satu diantara keberagaman yang ada di Indonesia. Data rinci akulturasi wayang potehi di Nusantara dicatat dalam buku ekspedisi seorang berkebangsaan Inggris, Edmund Scott. Dia pergi ke Banten 2 kali pada tahun 1602 dan 1625, ia menyebutkan adanya pertunjukan sejenis opera kecil dengan pernak – pernik Tiongkok dan orang – orang sangat menyukai pertunjukan itu.

Wayang Potehi mengalami peralihan bentuk dari bentuk awal yang hanya menggunakan kain atau kaos tangan dan keramik di bagian kepala, tangan dan kaki menjadi Wayang Potehi dengan bentuk kepala yang terbuat dari kayu. Dapat menggunakan kayu waru atau kayu mahoni lunak. walaupun demikian, kostum wayang potehi tidak meninggalkan ciri khasnya yaitu dengan kostum dan pernak pernik dari Negeri Tirai bambu.

7. Gamelan Jawa

Gamelan adalah alat musik pengiring pertunjukan seni tradisional, sebagai salah satu contohnya adalah pagelaran wayang. Alur cerita dari pewayangan tidak akan lengkap apabila tidak ada bunyi gamelan.

8. Gunungan Terakota Mojopahit

Gunungan Terakota Mojopahit, yang bertempat disekitar Trowulan mojokerto ini juga di temukan dalam keadaan hancur karena faktor alam. Awal pembuatan gunungan terakota ini pada abad ke 14, bersamaan dengan perkembangan karya seni figurin dan umpak tanah liat. Gunungan terakota yang ada ini berfungsi sebagai hisan rumah dan bangunan lainnya. Selain itu artefak ini juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan sampai tingkatan ekonomi dan tatanan kemasyarakatan yang ada di Kerajaan Mojopahit. Dengan adanya Terakota bentuk inilah, generasi selanjutnya bisa mempelajari keadaan tatanan ekonomi dan masyarakat yang ada kemudian diterapkan pada generasi tersebut.

9. Figurin Gerabah Zaman Mojopahit

F igurin Gerabah Mojopahit adalah hasil karya seni yang terbuat dari tanah liat. Bentuk figurin seperti ini banyak dibuat oleh masyarakat kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk atau terkenal dengan sebutan Raja Brawijaya IV di abad ke XV atau tepatnya pada tahun 1350 -1389 M. Penemuan Figurin Gerabah berada di beberapa lokasi Trowulan Mojokerto yaitu pusat pemerintahan Kerajaan Mojopahit. Temuan yang ada bercorak Hindu dan Budha. Terkubur di kedalaman 3-4 meter selama beratus tahun, artefak temuan ini terbagi menjadi beberapa kelompok seperti halnya : (1) Figurin laki – laki, (2) Figurin Perempuan, (3) Figurin anak – anak (4) Figurin bentuk ekspresi dan (5) Figurin bentuk Rumah tradisional dan Punden masyarakat Mojopahit. Setiap figurin mempunyai simbol yang berbeda beda tetapi tetap memiliki kesamaan bentuk. Hal ini menandakan walaupun banyak perbedaan di dalam kerajaan Mojopahit, tetapi mereka dipersatukan dengan kebersamaan, saling tolong menolong dan toleransi antar sesama.

9. Celengan Terakota Mojopahit

Celengan atau alat penyimpanan uang tertua yang ada di dunia sudah ada sejak zaman Kerajaan Mojopahit pada abad ke 14. Celengan ini termasuk terakota karena terbuat dari tanah liat dan berbentuk hewan/manusia. Banyak temuan yang berasal dari daerah Trowulan Mojokerto dalam keadaan yang tidak utuh karena faktor alam dan bencana. Setelah penemuannya, artefak ini ada yang direkonstruksi agar terlihat bentuknya kembali tetapi beberapa dibiarkan berupa kepingan – kepingan agar terlihat keaslian dari benda temuan yang ada.

10. Umpak Rumah Tradisional Mojopahit 

Artefak ini banyak ditemukan di kawasan pemukiman penduduk Majapahit yang sekarang terletak di daerah Trowulan, Kab. Mojokerto. Umpak sudah banyak di gunakan sekitar abad ke 13 Masehi. Terbuat dari batuan andesit/batu kali, sehingga lebih kokoh dan tahan lama. Fungsi dari umpak sendiri diperkirakan sebagai landasan rumah kayu dan candi agar lebih kokoh. Ada beberapa perbedaan dari umpak yang ditemukan di daerah pusat kerajaan dan daerah luar pusat kerajaan. Keduanya ditandai dengan bentuk ukiran yang ada.

11. Batik Nusantara

Kata Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu amba dan nitik. Awalnya batik hanya dituliskan di atas daun lontar dan papan rumah adat Jawa. Kegiatan ini digunakan untuk mengisi waktu luang saja. Motif yang digunakan juga sangat sederhana, antara lain tumbuhan dan binatang.

Pada masa kerajaan Majapahit di abad 15, kesenian ini mulai dikenal. Batik mulai dituliskan di atas kain. Bahan yang digunakan saat itu adalah kain putih yang merupakan hasil tenunan sendiri. Sedangkan untuk membuat pola dan gambar, menggunakan pewarna alami yang yang berasal dari tumbuhan.

Karena pada saat itu kain batik sangat terbatas, maka hanya digunakan oleh keluarga kerajaan dan para pengikutnya. Mereka menjadikan kain batik sebagai simbol budaya. Motif batik pun menjadi lebih beragam, seperti motif awan, candi, dan wayang.

Namun karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar kerajaan, maka kesenian batik juga ikut dibawa ke luar kerajaan. Lambat laun, teknik membatik juga dapat dipelajari oleh rakyat biasa. Hal ini semakin membuat kesenian batik dikenal oleh masyarakat luas dan digemari oleh semua orang, tidak hanya di kalangan kerajaan.

Pada Akhirnya, tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Salah satu koleksi Batik yang ditampilkan di Museum Gubug Wayang adalah berbagai macam motif Batik Mojokerto dari masa ke masa beserta diorama pembuatannya, baik secara tradisional (lukis/canting) atau batik cap/sablon (printing).

 

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال