Tak Terima Lingkungan Dirusak, Warga Seketi: Pemerintah Tuli

Mojokerto - Bu Sumariyah dan Bu Yuli yang rumahnya 10 meter dibelakang galian C meminta mesin berat (bego) tersebut berhenti. Protes warga ini terjadi di Dusun Seketi Desa Desa Jatidukuh Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto, Minggu (5/6/2022). 

Kedua emak-emak tersebut dengan berani meminta supir Bego untuk menyingkir. "Iya bu, aku tak minggir," jawab supir Bego. 

Tampak warga lain mendampingi keduannya. Protes ini warga mencuat usai aktivitas ekplorasi galian C merusak lingkungan. 

Dua hari lalu, warga Dusun Seketi mendemo Wapres Ma'ruf Amin. Mereka membentangkan poster tangkap pengrusak lingkungan. Demo warga ini menjadi buah bibir warga Mojokerto yang saat itu tengah menyambuh RI 2.

Selama dua hari sempat berhenti beroperasi namun aktivitas galian C kembali berulah. 

"Kami warga Seketi tidak bersedia ada aktivitas galian C disini, kemaren kami sudah demo. Hari ini ada (aktivitas) galian lagi," ungkap Sumariyah, Minggu(5/6/2022). 

Menurut Sujari (46), tidak hanya dua warga tapi semua warga Dusun Seketi merasa dirugikan dengan adanya aktivitas galian C. Warga disekitar tidak bisa istirahat siang. 

"Warga tidak bisa istirahat siang, suaranya bising, jalan desa menjadi rusak dilalui truck dan alat berat setiap hari," ucap Sujari. 

Menurutnya banyak warga yang kecelakaan karena kondisi jalan licin dan berlumpur. Sujari mengeluh sumur keruh dan asat (kering). 
Menjadi aneh ketika penggunaan harus kekeringan. Sebelum adanya penambahan batuan ini air sumur mudah. Namun, kalau musim kemarau menjadi susah. 

"Sumur kering, karena sumber-sumber sudah rusak dan asat. Padahal ini pegunungan, kok bisa susah air bersih," terangnya. 

Bekas galian c menganga dengan lebar ratusan meter. Awalnya, tempat (pertambangan galian c) ini adalah persawahan produktif berada di atas dusun Seketi. Namun sekarang tinggi persawahan produktif ini menjadi sejajar dengan Dusun Seketi dengan lobang rawan longsor. 

Aktivitas pertambangan batuan ini menunjukkan dampak kerusakan kondisi lingkungan yang parah. Idham (52) warga Seketi yang lain mengeluhkan aliran limbah pertambangan ini. Limbah bekas tambang mengalir tepat di belakang rumahnya. Limbah bekas tambang menghantam bagian bawah dinding dapurnya. 

"Dinding dapur kami retak. Penyangga atap juga bergeser," ungkap Idham kecewa sambil menunjukkan kerusakan. 

Tidak hanya menghantam rumahnya, limbah pertambangan juga keruh dan berlumpur. Menurutnya, kali kecil belakang rumahnya ia gunakan mencuci pakaian dan buang air besar. 

"Kalau seperti lumpur ini tidak bisa dibuat aktifitas seperti mencuci dan buang air besar, " terangnya.

Sementara itu, Kepala Desa Zainal Arifin penambang ini tidak pernah minta ijin ke pemdes Jatidukuh. Menurutnya, warga Seketi memang menolak adanya galian C. Namun, tiba-tiba ada yang menjual sawahnya kepada pengusaha. 


"Itukan sawah pribadi mas. Jualnya g permisi. g ijin desa. Tau-tau digali menimbulkan gejolak/kerusakan. Ya solusi dari saya, yang punya sawah saya suruh membatalkan jual- beli atau nyetop alat itu mas," tutur Arifin kepada media ini melalui aplikasi WhatsApp. 


Menurut Arifin, penjual dan pembeli sama-sama tidak ijin kepada pemerintah Desa. Menurutnya, pemilik sawah bernama Bu Nasiah dan pengusaha bernama Pak Anton. 

Lebih lanjut menurutnya, proses perijinan sudah terjadi sekitar 2019 sebelum dirinya menjabat Kepala Desa. 

"Lha terus gimana, g ada permisi, g ijin pemdes. Klo tau dari awal akan dijual pasti saya larang. Wong dari pembeli dan penjual sama g permisi. Tau-tau saya yang jadi sasaran, dikira warga saya yang ngijini," terangnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال