Cerita Suka-Duka Nahkoda Asal Tawang Kendal

Kendal - Sugianto (44) Nahkoda asal Dusun Tegalkapang Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal Jawa Tengah membagikan pengalamannya saat mengarungi lautan. Suka - duka ia alami saat miang (melaut mencari ikan). 

Suatu ketika kapal yang ia nahkodai diterjang badai. Ombak dengan ketinggian 5 meter dan angin begitu kencang. Tidak ada pilihan ia harus terus menancapkan kecepatan kapalnya agar mencapai daratan. 

"Waktu itu badai, Angin, ombak menerjang, biasanya kami perjalanan bisa kami tempuh 3 jam, namun baru sampai daratan baru sampai sore hari ini," ungkap Pak Yanto sapaan akrabnya kepada media ini, Kamis (11/8/2022).

Pak Yanto juga membagikan pengalamannya saat mendapatkan ikan melimpah. 

Suatu saat, ia bersama Anak Buah Kapal (ABK) lain harus menarik jala selama dua hari. Saling banyaknya tangkapan ikan. Ia biarkan ikan didalam jala selama dua hari sehingga bisa ditarik. 

"Saking banyaknya tangkapan ikan, kami harus menunggu selama dua hari untuk menarik jala, sampai-sampai kami bolongi jala (buang ikan) karena kebanyakan hasil tangkap," ucapnya. 

Ia menyakini rejeki sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Selain itu ilmu dan pengalaman menjadi Nahkoda dapat menentukan hasil tangkapan ikan. 

"Kita harus tau dimana ada ikan banyak, kapan waktunya ikan berkumpul, kapan waktu yang pas untuk tabur jala," terangnya. 

Menurutnya yang utama belajar dari alam tentang bagaimana memperhatikan dan mengetahui gejala alam.

Selain itu, hubungan baik antar Nahkoda lain harus terus terjalin. Ia menambahkan, informasi dimana ikan dan kapan waktunya saling memberi info kepada Nahkoda yang lain. 

"Kebiasaan kami saling berbagi info antar kapal lain (Nahkoda), oo disini sedang banyak ikan, baru kami merapat, demikian juga kami memberi info kepada Nahkoda lain," tegasnya. 

Pak Yanto mengatakan ada tanda-tanda dimana tempat yang banyak ikannya. Gejala alam seperti banyak burung camar bisa menjadi tanda-tanda ikan berkumpul. 

"Biasanya banyak burung, namun kita harus cermat apakan itu ikan kecil-kecil atau ikan besar, itu yang harus kita perhatikan," terangnya. 

Sejak usia 17 tahun ia sudah dapat mengoperasikan kapal. Ia belajar dari Nahkoda dan nelayan sekitar Tawang. 

"Sejak usia 17 tahun saja di sudah bisa mengoperasikan kapal, waktu itu saya belajar dari Nahkoda Sekitar sini," tuturnya. 

Ia juga menceritakan menginjak usia 17 tahun ia dipercaya menjadi asisten kapten. Suatu ketika kapten utama sakit, oleh pemilik kapal ia diminta menggantikan kapten utama. 

Sejak itu, pemilik kapal mempercayainya menjadi kapten kapal. 

Ada yang unik ketika ayah dua anak menjadi kapten. Setiap kapal yang ia operasikan selalu mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah. 

"Alhamdulillah, setiap kapal yang saya operasi hasilnya lebih banyak daripada Nahkoda lain," ujar Yanton. 

Bagi Pak Yanto, menjadi Nahkoda adalah pilihan hidup. Ia dibesarkan dari lingkungan nelayan. Kakeknya dulu adalah seorang Nahkoda di desa Tawang (Gempolsewu). 

"Awalnya tidak punya cita-cita menjadi Nahkoda. Namun karena pilihannya, a mau tidak mau harus dijalani," tandasnya. 

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال