Kendal - Nyadran atau upacara sedekah laut merupakan warisan tradisi yang telah berjalan puluhan tahun silam. Tradisi ini dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan karena selama kurun waktu satu tahun telah diberi kelimpahan dalam mencari ikan dilaut.
Seperti yang dilakukan nelayan Tawang Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kendal Jawa Tengah, Jumat (12/8/2022).
Haji Sukarsono, (62) panitia sedekah laut mengatakan kegiatan ini menelan biaya biaya 350 juta-an. Belum lagi panitia-panitian kecil perkumpulan nelayan, pedukuhan (kampung). Biasanya mereka menggelar sendiri seperti acara kesenian jaranan, wayang kulit hingga orkes dangdut.
"Untuk tahun ini kami diatas 350 juta, belum lagi panitia-panitian kecil di kampung (pedukuhan) mereka menggelar sendiri-sendiri yang 50-60 juta, kalau ditotal sekitar setengah milyar," ungkapnya.
Menurut Haji Sukarsono, biasanya dalam lingkup keorganisasian para nelayan pelaksanaan sedekah laut sendiri sudah dijadwalkan satu tahun sebelumnya. Namun tahun ini persiapan sangat mepet yakni tiga bulan saja. Ia juga mengatakan pendanaan itu bersifat swadaya masyarakat nelayan.
"Pendaan kami bersifat swadaya masyarakat, setiap perahu kecil kami minta sumbangan Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu, ada juga sponsor dari perusahaan sebesar Rp 50 juta," ujarnya.
Warga desa Gempolsewu kebanyak berprofesi sebagai nelayan. Setidaknya ada 150 kapal mesin bersandar di sepanjang sungai kutho (Kali Kutho). Sungai Kutho merupakan sungai terbesar kedua di Kabupaten Kendal. Sungai Kutho yang melintas dari selatan ke utara merupakan batas wilayah antara Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang.
Tidak jarang pelaksanaan sedekah laut dijadikkan ajang promosi pariwisata daerah. Kabar sedekah laut jauh-jauh hari sudah menyebar ke penjuru daerah.
Tradisi unik ini tidak semua daerah dapat merayakkannya, hanya dilaksanakan oleh daerah pesisir saja. Sedekah laut ini menambah keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.
"Sedekah laut sendiri merupakan tradisi peninggalan nenek moyang yang patut di lestarikkan dan dijaga, yaitu perwujudan syukur terhadap tuhan sehingga terjalin hubungan baik yaitu antara Tuhan, alam dan hambaNya," terang Suhartono.